Males Sih Lo!

7 Juni 2021 Ditulis oleh Jessica Wijaya
Featured

Belakan­gan lagi heboh banget soal finan­cial influ­encer men­go­men­tari suatu tweet dari Dea Anu­grah, jur­nalis yang saya san­gat hor­mati karyanya.


Tweet Dea sem­pat menuliskan ten­tang kesen­jan­gan antara orang yang diga­ji 800 ribu sete­lah ker­ja siang-malam sebu­lan penuh den­gan orang yang diba­yar 80 juta untuk peker­jaan mem­bu­at IG post dalam satu-dua jam.


Para influ­encer ini, mungkin juga tersen­til sedik­it den­gan tweet Dea. Komen­tarnya beragam. Mulai dari fak­ta bah­wa mere­ka juga ker­ja keras (“Yang pent­ing put effort!”), sam­pai ke pen­je­lasan per­tim­ban­gan bah­wa post-post mere­ka itu adalah bill­board alias sarana iklan bagi para pem­ba­yar. Ya, memang benar juga.


Seba­gai manu­sia, saya setu­ju den­gan tweet Dea. In what world, dunia ini adil? Duni­anya emang rusak. We need to do better.


Saya prib­a­di ser­ing kom­plain ke sua­mi saya, kena­pa seper­tinya peker­jaan yang kita lakukan itu ter­li­hat dan­gkal? Kena­pa kok orang-orang di indus­tri finan­sial peker­jaan­nya seper­tinya biasa saja dan dikom­pen­sasi selan­git? Sedan­gkan guru-guru hon­or­er di luar sana, mere­ka ker­ja keras men­didik gen­erasi selan­jut­nya bangsa ini namun peker­jaan­nya tidak dikom­pen­sasi den­gan baik.


Ten­tu saja ini masalah­nya tidak bisa sele­sai den­gan sep­a­tah dua patah kali­mat. Ini masalah struk­tur­al yang sudah meng­gero­goti kese­jahter­aan gen­erasi demi generasi. 


Namun yang pal­ing menggeli­tik saya adalah keti­ka finan­cial influ­encers ini menuduh orang-orang yang tidak seberun­tung mere­ka seba­gai orang yang “tidak bek­er­ja keras” atau “kurang inovasi”.


Oh, boy.


Ada banyak banget fak­tor sebe­narnya yang mem­bu­at orang nggak bisa kelu­ar dari lingkun­gan kemiskinan.


Image:


Nggak bisa kelu­ar dari lingkaran setan kemiski­nan, lalu mem­buahkan gen­er­a­tional pover­ty untuk gen­erasi selan­jut­nya. Semakin sulit kelu­ar dari jebakan tersebut.


Apakah pan­tas kita berko­men­tar: “Kurang ker­ja keras sih lo!”, saya yakin tidak.


Kalo kita baca blog Scott Bar­ry Kauf­man di Sci­en­tif­ic Amer­i­can, dia men­ga­tribusikan beber­a­pa fak­tor kepa­da suatu “kesuk­sesan”. Namun beber­a­pa diantaranya adalah: luck, priv­i­lege, ker­ja keras, dan strategi.


Mus­tahil untuk bisa menge­tahui secara tepat bera­pa banyak kon­tribusi mas­ing-mas­ing fak­tor dalam hidup kita. Yang bisa kita lakukan adalah menyadari bah­wa keem­pat fak­tor ini memi­li­ki kon­tribusi dalam sikon hidup kita, dan sadar juga bah­wa keem­pat fak­tor ini mungkin per­anan­nya berbe­da dalam hidup orang lain.


Nggak semua yang gajinya kecil itu kare­na nggak ker­ja keras, dan nggak semua orang suk­ses itu murni kare­na ker­ja keras sema­ta. The world is not that black and white.


Kita per­lu do bet­ter seba­gai influ­encer, kalau kita (some­how) diper­caya oleh masyarakat untuk memi­li­ki keku­atan “mem­pen­garuhi” orang. Kita per­lu sadar bah­wa banyak hal dari hidup kita bisa saja dia­tribusikan kare­na keberuntungan/luck dan priv­i­lege, dan kita gunakan ked­ua advan­tages terse­but untuk mem­ban­tu orang.


Bukan­nya malah mem­permalukan orang lain kare­na mere­ka “tidak ker­ja keras”.


Con­toh: “Hah, priv­i­lege? Ya kali! Gue tuh bela­jar keras banget di seko­lah! Lulus rank­ing top, masuk uni­ver­si­tas ter­na­ma kare­na gue bela­jar keras dan dapet ker­jaan di pasar modal!”


Coba kita pikir-pikir lagi. Mungkin nggak, kita bisa masuk seko­lah favorit, itu kare­na dap­at dukun­gan dari orang tua kita. Lalu di seko­lah, kita berte­man dalam lingkun­gan yang baik, seko­lah di tem­pat yang encour­age learn­ing, dan pun­ya uang untuk beli buku dan makanan bergizi. Jadi kita pun­ya priv­i­lege yang jutaan anak Indone­sia lain­nya tidak miliki?


Bukan­nya malah mem­permalukan orang lain kare­na mere­ka tidak ker­ja keras.


Mari coba dipikir lagi, sese­o­rang den­gan gaji 800 ribu saja mungkin untuk makan sudah susah, apala­gi dicu­cuk untuk dis­u­ruh inves­tasi? Lan­tas kalau pasar modal kon­disinya lagi gak baik, bagaimana? “Oh iya, itu kan blue chip, ten­ang aja inves­tasi jang­ka pan­jang kok!”


Lha, untuk makan besok aja susah, masa lan­tas dis­u­ruh aver­age down. Meny­isihkan uang kon­trakan saja sulit.


A lot of peo­ple dis­miss luck and priv­i­lege, teruta­ma sete­lah mere­ka suk­ses. Kena­pa? Kare­na kita takut untuk men­gakui bah­wa di luar sana mungkin banyak orang yang lebih pan­tas men­da­p­atkan “kesuk­sesan kita”.


Yuk, dari­pa­da mem­permalukan kon­disi orang lain, kita dukung mere­ka. Kita berikan akses dan dukun­gan untuk bisa kelu­ar per­la­han-lahan dari lingkaran setan ini, ketim­bang bilang mere­ka kurang ker­ja keras dan kurang berinovasi.


Salam OKB!


Lihat Blog Lainnya

thumbnail
CEO Insight 27 Mei 2021

To The Moon?

Jan­ji “to the moon” ini man­is sekali. Sia­pa sih yang tidak mau ke bulan? 

Baca Selengkapnya
thumbnail
CEO Insight 15 Mei 2021

Telur-Telur yang Pecah Di Dalam Satu Keranjang

“Porto­fo­lio gue cuan 200% dalam 3 bulan!”

Baca Selengkapnya
thumbnail
CEO Insight 11 Mei 2021

Sekte Gowes

Akhirnya saya bergabung ke sek­te yang lagi kekin­ian banget, sek­te gowes.

Baca Selengkapnya

Aplikasi SayaKaya:
Mudah, Cepat, dan Terkurasi!

Semua orang kini bisa berinvestasi Reksa Dana dengan mudah hanya lewat satu aplikasi saja. Download sekarang!

HFM - Unverified - Shadow HFM - Verified - Shadow HFM - Unverified HFM - Verified stars
Sayakaya Logo Copyright ©2024 Landing Page
Download Aplikasi
PT SAYAKAYA LAHIR BATIN
location Sahid Sudirman Centre lt 12
Jl. Jend. Sudirman No.Kav. 13-15, Jakarta 10220
phone +62212527989
email hi@sayakaya.id
SayaKaya adalah aplikasi investasi reksa dana yang berlaku sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dengan produk reksa dana dan manajer investasi pilihan yang telah terkurasi. Dikelola dan dikembangkan oleh PT Sayakaya Lahir Batin yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan nomor registrasi KEP-17/PM.21/2021.

Investasi reksa dana mengandung risiko. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang. Calon pemodal/pemodal wajib mempelajari prospektus sebelum berinvestasi reksa dana. Dalam melakukan transaksi jual dan beli reksa dana, calon pemodal/pemodal diharapkan memperhatikan profil risiko, kondisi keuangan serta tujuan investasi dari masing-masing calon pemodal/pemodal.